lintaskisah.net – Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) bersama sejumlah asosiasi industri menggelar pertemuan dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (7/4/2025). Pertemuan ini membahas peluang peningkatan impor kapas dari Amerika Serikat (AS) untuk menekan dampak kebijakan tarif tinggi dari Presiden AS Donald Trump.
“Baca Juga: Alwi Farhan Tampil Impresif di Debut Badminton Asia 2025“
Siapkan Strategi Redam Tarif AS Lewat Impor Kapas
Ketua Umum API, Jemmy Kartiwa, menyampaikan bahwa tarif impor 32% terhadap produk tekstil asal Indonesia bisa ditekan jika Indonesia meningkatkan impor kapas dari AS. Jemmy menjelaskan bahwa langkah ini bisa menjadi strategi timbal balik atau trade-off agar AS bersedia menurunkan bea masuk produk pakaian berbahan katun dari Indonesia.
“Industri tekstil Indonesia bisa menaikkan porsi impor kapas dari AS. Saat ini porsinya baru 17 persen. Kami ingin meningkatkannya hingga 50 persen,” ujar Jemmy.
Menurutnya, dengan menaikkan impor kapas AS, bea masuk tekstil Indonesia di AS dapat turun menjadi sekitar 15–20 persen. Ia menyebut harga kapas dari AS masih terjangkau bagi industri nasional, sehingga langkah ini layak untuk dicoba sebagai solusi jangka pendek.
Jemmy menjelaskan industri tekstil Indonesia masih banyak mengimpor kapas dari Australia, Brasil, dan negara-negara di Afrika Barat. Ia menegaskan bahwa peningkatan impor dari AS tidak akan menghapus impor dari negara lain. Hal ini karena kapas merupakan komoditas musiman dan perlu pasokan dari berbagai sumber.
“Kita tidak bisa sepenuhnya bergantung pada kapas Amerika. Namun, kami ingin meningkatkan porsi dari yang semula 17 persen,” tegasnya.
“Baca Juga: Ekspor Kopi Indonesia Naik, Makin Diminati Dunia“
Langkah ini bertujuan menjaga daya saing industri tekstil nasional agar tetap kuat meski menghadapi tekanan tarif impor tinggi. Pemerintah dan industri terus berkomunikasi dengan AS demi menjaga pertumbuhan sektor tekstil dan lapangan kerja yang berkelanjutan.