Lintas kisah – Harga cabai rawit merah di pasar saat ini telah melambung tinggi, mencapai angka Rp 100.000 per kilogram (kg). Kenaikan harga ini tidak hanya menghebohkan pasar, tetapi juga membuat para pedagang dan konsumen semakin resah. Menurut data terbaru dari Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), harga cabai rawit merah mengalami lonjakan signifikan dalam seminggu terakhir, dengan harga di Jawa Tengah dan Jawa Timur mencapai Rp 85.000/kg hingga Rp 90.000/kg.
Ketua Umum Ikappi, Abdullah Mansuri, mengungkapkan kekhawatirannya mengenai lonjakan harga ini. “Harga naik terus dalam seminggu terakhir. Saat ini sudah tembus Rp 100.000, di Jawa seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah tembus Rp 85.000/kg sampai Rp 90.000/kg. Ini jujur membuat kami kelabakan sebagai pedagang,” ujarnya dalam wawancara dengan detikcom pada Sabtu (27/7/2024).
“Baca juga: Ribuan Buruh Tekstil Terancam PHK Bulan Depan”
Penyebab utama dari kenaikan harga cabai rawit merah adalah penurunan pasokan yang signifikan. Mansuri menjelaskan bahwa pasokan cabai rawit merah dari sentra produksi utama seperti Banyuwangi dan Malang mengalami penurunan drastis. “Dalam sepekan ini penurunannya sangat terlihat. Biasanya pasokan bisa mencapai satu ton, kini hanya setengah ton. Ini yang membuat harga terus naik. Di daerah penghasil cabai seperti Cianjur di Jawa Barat dan Sumatera Utara juga mengalami penurunan pasokan,” jelasnya.
Para pedagang kini harus beradaptasi dengan situasi harga yang melambung. Salah satu strategi yang diterapkan adalah mencampur cabai rawit merah dengan jenis cabai lain untuk menyesuaikan dengan kemampuan beli konsumen. “Jika masyarakat hanya mampu membeli cabai rawit merah seharga Rp 5.000 sampai Rp 10.000, kami tawarkan campuran dengan cabai jenis lain karena harga cabai rawit merah sudah sangat mahal. Kami sudah susah juga, mahal sekali,” kata Mansuri.
Berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga rata-rata cabai rawit merah secara nasional telah mengalami kenaikan sebesar Rp 2.950/kg, menjadi Rp 73.200/kg. Di beberapa daerah harga cabai rawit merah juga menunjukkan kenaikan tajam. Di Banten, harga mencapai Rp 83.600/kg, di Jawa Barat Rp 83.800/kg, Jakarta Rp 92.500/kg, dan di Jawa Tengah Rp 72.550/kg.
“Simak juga: PT Amman Mineral Cetak Laba Rp 8 T Terobosan Luar Biasa”
Data Panel Harga Pangan Nasional juga menunjukkan angka yang signifikan, dengan harga rata-rata nasional mencapai Rp 66.980/kg, naik dari pekan sebelumnya yang berada di level Rp 62.070/kg. Di Jakarta, harga cabai rawit merah rata-rata mencapai Rp 75.460/kg, dengan puncaknya di Jakarta Selatan mencapai Rp 87.460/kg.
Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengidentifikasi kekeringan sebagai penyebab utama penurunan produksi cabai rawit merah. Direktur Perbenihan Hortikultura Kementan, Inti Pertiwi Nashawari, menjelaskan bahwa kekeringan di sejumlah sentra produksi menyebabkan penurunan hasil produksi. “Tugas Kementan terhadap permasalahan ini adalah meningkatkan produksi cabai rawit. Memang di bulan Juli produksi sedikit menurun dibandingkan Juni, sehingga saat ini sudah terjadi kekurangan pasokan ke pasar,” ungkapnya dalam rapat koordinasi inflasi yang disiarkan melalui YouTube Kemendagri RI pada Selasa (23/7).
Menurut catatan Kementan, produksi cabai rawit merah pada Juli mencapai 125.036 ton, sementara pada Juni mencapai 138.784 ton. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh kekeringan yang melanda daerah penghasil cabai. Di Kabupaten Lamongan, misalnya, tidak ada hujan selama periode Mei-Juni, yang menyebabkan hampir 90% pertanaman mengalami kekeringan.
Situasi serupa juga terjadi di Kabupaten Tuban, di mana hampir 95% pertanaman rusak akibat kekeringan dan kondisi lahan berbatu kapur. Di Kabupaten Kediri, produksi juga menurun karena kekeringan yang telah berlangsung sejak Mei, dengan 90% tanaman sudah layu dan beberapa sudah dibongkar oleh petani.
Kenaikan ini yang signifikan merupakan dampak dari penurunan pasokan akibat kekeringan di sentra produksi utama. Para pedagang dan konsumen harus beradaptasi dengan situasi ini, sambil berharap adanya solusi untuk mengatasi permasalahan pasokan agar harga dapat kembali stabil.