Lintas Kisah – Perang dagang antara Eropa dan China memasuki babak baru setelah Komisi Eropa merilis draf bea masuk terbaru untuk mobil listrik China. Pada Selasa lalu, draf tersebut mengusulkan peningkatan bea masuk impor hingga 36% selama lima tahun ke depan dalam perang dagang ini. Bea masuk ini naik dari tarif sementara yang berlaku sejak Juni lalu, yaitu 17% hingga 37,6%. Tarif baru ini direncanakan akan disetujui pada Oktober mendatang.
Komisi Eropa menyatakan bahwa tarif ini merupakan respons terhadap subsidi negara yang dianggap membuat mobil listrik China lebih murah dan, dengan demikian, merugikan produsen Eropa. Namun, Tesla, yang juga memproduksi mobil listrik di China, hanya akan menghadapi tarif tambahan sebesar 9%. Hal ini karena Tesla dianggap mendapat manfaat subsidi China yang lebih kecil dibandingkan produsen mobil listrik lain.
“Baca Juga: Guru SDN Kalsel Beli Starlink untuk Muridnya Pakai Uang Pribadi”
Pemerintah China, yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping, merespons dengan tegas kebijakan baru ini. Kementerian Perdagangan China menyatakan keberatan yang mendalam. Mereka menyerukan agar Brussels berkolaborasi secara rasional dan pragmatis untuk menghindari eskalasi ketegangan perdagangan. “China sangat menentang dan khawatir tentang keputusan ini,” ujar Kementerian Perdagangan China dalam pernyataan resminya.
Kelompok yang mewakili perusahaan China di Eropa, Kamar Dagang Tiongkok untuk UE (CCCEU), juga mengkritik keras rencana tersebut. Mereka menilai kebijakan ini sebagai langkah proteksionis yang akan memperburuk ketegangan perdagangan dan melemahkan ketahanan industri kendaraan listrik Eropa. “Pendekatan proteksionis ini hanya akan memperburuk ketegangan perdagangan antara China dan UE,” jelas CCCEU.
Kebijakan tarif ini diterapkan setelah penyelidikan yang mengklaim adanya subsidi pada mobil listrik China. Beijing telah melayangkan banding ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas tindakan ini. Pada aturan sementara yang diterapkan pada Juni, mobil listrik China seperti BYD dan Geely mengalami kenaikan tarif, sementara SAIC dikenakan tarif tertinggi sebesar 37,6%.
Kebijakan baru ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan perusahaan mobil Eropa seperti Volkswagen dan BMW, yang terlibat dalam usaha patungan dengan produsen mobil China. Mereka khawatir tentang dampak kebijakan ini terhadap ekspor kendaraan listrik mereka.
Menurut Atlantic Council, penjualan kendaraan listrik China di luar negeri meningkat 70% pada tahun 2023. Penjualan ini mencapai US$34,1 miliar, dengan hampir 40% ditujukan ke UE, pasar terbesar untuk kendaraan listrik China. Ketegangan ini menandai babak baru dalam persaingan global dalam industri kendaraan listrik.
“Simak Juga: Kemeja Kuning, Presiden Jokowi Hadiri Munas Golkar”