Lintas kisah – Masalah krusial yang dihadapi Indonesia terungkap dalam pernyataan anggota Komisi VI DPR RI, Amin Ak, yang menyoroti ketergantungan tinggi terhadap impor pangan dan energi, serta dampaknya terhadap stabilitas ekonomi domestik. Dalam konteks ini, Amin menegaskan bahwa penguatan Dolar AS telah mengguncang sektor-sektor vital seperti pangan, farmasi, otomotif, elektronik, dan tekstil, mempengaruhi langsung daya beli masyarakat.
Amin menjelaskan bahwa sejumlah komoditas pangan krusial seperti kedelai, gula, bawang putih, daging sapi, dan gandum, bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebagai contoh, kedelai dengan impor mencapai 2,49 juta ton senilai 1,48 miliar dolar AS pada tahun 2021, serta gandum yang mencapai 10 hingga 11 juta ton setiap tahunnya, diperlukan untuk produksi tepung terigu.
“Baca juga: Kreativitas UMKM Solo dari Limbah Kertas, Produk Berkualitas, Kirim ke Mana Saja!“
“Kondisi ini tidak hanya berdampak pada ketersediaan pangan, tetapi juga merangsang inflasi. Mempersempit ruang fiskal, dan mengancam pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat,” tegas Amin dalam konfirmasinya kepada wartawan.
Lebih lanjut, Amin mengkhawatirkan konsekuensi negatif dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS terhadap sektor energi. Khususnya harga bahan bakar minyak (BBM) dan gas. “Kenaikan harga BBM dapat terjadi jika nilai tukar rupiah terdepresiasi sekitar 10 persen. Mengakibatkan peningkatan inflasi yang pada akhirnya merugikan daya beli masyarakat,” jelasnya.
Dalam pandangan Amin, pengelolaan ekonomi yang kurang konsisten dalam pengaturan harga beras juga menjadi perhatian serius. Dia menekankan bahwa kebijakan yang tidak konsisten bisa memperburuk kondisi inflasi dan stabilitas ekonomi.
“Dalam jangka panjang, dampak dari ketergantungan impor ini dapat berpotensi mempengaruhi anggaran belanja negara (APBN). Terutama dalam pembayaran utang luar negeri yang semakin mahal akibat pelemahan rupiah,” tambah Amin.
“Simak juga: Stabilitas Tarif Listrik Juli 2024, Penjelasan dan Dampaknya“
Akhir kata, Amin memperingatkan bahwa kebijakan yang tidak tepat dalam menghadapi tantangan ini dapat mengancam stabilitas ekonomi dan kemakmuran masyarakat. “Kita perlu tindakan yang tepat dan terukur untuk mengelola tantangan ini agar tidak menimbulkan dampak yang lebih luas di masa depan,” pungkasnya dengan tegas.
Artikel ini menggambarkan betapa pentingnya keberlanjutan dan kemandirian dalam produksi pangan. Serta kehati-hatian dalam manajemen nilai tukar untuk memastikan stabilitas ekonomi yang kokoh bagi Indonesia.